1. Family stategic planning dan Tallent maping (21 September 2017)
Perjalanan edutrip kali ini adalah perjalanan yang membuat kami galau untuk memutuskan keikutsertaannya. Situasi dirumah sedang tidak memungkinkan untuk kami tinggalkan, tiga hari sebelum keberangkatan bapak terkena musibah kecelakaan dan ada berita hangat terkait kasus peredaran obat ilegal yang membuat heboh dunia kefarmasian. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk berangkat mendadak dengan persiapan packing seadanya. Pada tanggal ini perjalanan ke wonogiri baru saja dimulai.Ini adalah kali pertama kami berkunjung ke wonogiri. Bermodalkan GPS,kami mengikuti rute jalan sesuai petunjuk yang ada di GPS.Jalur yang dipilih ada via bantul jogjakarta.Awalnya perjalanan menyenangkan,setelah memasuki wilayah bantul kami disuguhkan dengan pemandangan hutan dimana kanan kiri jalannya dipenuhi oleh pemadangan pohon jati. Rumah penduduk pun masih sangat jarang. Perasaan khawatir, takut dan tidak nyamanpun hadir. Kami khawatir jika kami salah jalan dan nyasar. Kami merasa bahwa perjalanan ini sangat jauh dan asing. Ditengah perasaan tersebut, kami harus yakin bahwa kami pasti akan sampai ketempat tujuan. Akhirnya setelah melewati perjalanan panjang selama 9 jam (Start pukul 08.00-finish pukul 17.00),kami sampai ditempat tujuan pertama yaitu angkringan sopo ngiro tempat berlangsungnya pemaparan FSP masing-masing keluarga peserta edutrip kali ini.Perasaan cape hilang seketika saat berjumpa kembali dengan teman-teman yang kami kenal di event cangkrukan. Syaina bertemu dengan teman-temannya dan salah satu teman mainnya yang seumuran yaitu naura (namanya sama ya). Walaupun ini pertemuan yang kedua kali tapi saya merasa bahwa sudah tidak ada jarak diantara kami. Saya merasa memiliki banyak keluarga.Sangat disayangkan kami tidak bisa mengikuti seasion FSP, tapi tidak perlu khawatir karena kami masih memiliki kesempatan untuk belajar dengan ngobrol lebih dekat bersama keluarga-keluarga hebat ini.
Setelah seasion FSP selesai, kami lanjut menuju penginapan di tempat kelurga mbak dewi dan mas noor (klinik bunafsi) . Kami diberikan pelayanan yang luar biasa oleh keluarga hebat ini (keluarga sopo ngiro). Kami menempati kamar-kamar klinik. Kami diberikan kesempatan untuk bersih-bersih dan menikmati suasana malam pertama diwonogiri. Menikmati jamuan makan malam soto sumenep buatan ibunda keluarga doyan dolan. Rasanya enak tosotonya. Dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi tentang tallent mapping oleh pak lukman dari keluarga kelana bumi allah. Terimakasih pak lukman yang sudah berbagi ilmu tentang tallent maping.Jazakumullah khairan katsir.
Ada makna dibalik setiap kegiatan yang kami lakukan. Kami mencoba mengikat makna dari kegiatan hari pertama ini,bahwa:
Belajar bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dimana saja dan dengan cara apa saja. Kami para orang tua belajar dengan cara yang santai tapi serius karena kami memiliki pokok bahasan yang jelas. Lantas bagaimana dengan anak-anak?
Walaupun anak-anak belum bisa duduk tenang bersama kami. Tetapi kami yakin bahwa mereka melihat dan mendengar apa-apa yang kami bicarakan. Mereka menjadi saksi bahwa orang tuanya terus belajar dengan caranya untuk terua memantaskan diri menjadi orang tua yang lebih baik. Anak-anak melakukan observasi dengan mengenal lingkungan yang baru mereka jumpai dan berinteraksi dengan orang-orang baru.
Sesi pemaparan "tallent mapping"
2. Kunjungan ke SABS dan Live in Kampung wayang (22 September 2017)
Agenda hari kedua rombongan travelschooler families adalah berkunjung dan berbagi ke SABS (Sekolah Alam Bengawan Solo) yang merupakan tempat sekolah nuansa. Dalam perjalanan menuju SABS,kami disuguhkan dengan pemandangan sawah dan banyak burung "kuntul" kami menyebutnya. Pemandangan yang langka, karena didaerah tempat tinggal kami burung kuntul tersebut sudah tidak pernah dijumpai disawah. Tujuan kami berkunjung ke SABS adalah untuk bersilaturahmi dan berbagi dengan teman-teman di SABS. Sesi berbagi kali ini diisi oleh keluarga doyan dolan tentang jenis-jenis kain dan keluarga bening hati tentang pengalaman mendaki gunung. Keren ya dua keluarga tersebut. Mudah-mudahan kelurga kami bisa berbagi seperti dua kelurga tersebut. Aamiin....
Ada hal yang menarik,yang saya temukan juga beberapa kali saat trip ke beberapa tempat yaitu syaina suka bermain peran seolah-olah sedang mendokumentasikan kegiatan dengan cara memfoto atau memvideokannya dan observer terhadap hal-hal yang menarik perhatiannya.Syaina belajar dengan mengamati kegiatan yang sedang berlangsung. Ketika mengamati,ananda begitu serius dan detail memperhatikannya. Entah apa yang ada dalam imajinasinya. Contohnya saat bunda noor berbagi tentang jenis-jenis kain, syaina sempat menyimak dengan serius beberapa kali.Ada makna dibalik kejadian ini yaitu syaina belajar fokus dan konsentrasi pada hal yang menarik perhatiannya.
Disaat dua keluarga tersebut (doyan dolan dan bening hati) berbagi,keluarga pelem kalih dan keluarga fahrizal_Ika bereksplorasi di area lain. Duo naura bermain prosotan, ayun-ayunan dan bereksplorasi dengan apa-apa yang mereka temui disana. Ibunya bertugas sebagai fasilitator yang mendampingi mereka bermain. Sedangkan para ayah berdiskusi asyik dengan pemilik SABS.
Konsep SABS ini sangat menarik perhatian saya dan anak-anak. Tidak seperti sekolah formal pada umumnya yang memiliki gedung dengan banyak fasilitas didalamnya. Sekolah ini memiliki halaman yang luas untuk bermain dan belajar anak-anak. Ada gasebo/panggok yang terbuat dari material kayu,digunakan untuk kegiatan indoor yang dibuat sendiri oleh pendiri sekaligus pemilik sekolah alam ini.
Pelajaran yang kami dapat setelah berkunjung ke SABS adalah:
- Belajar tidak harus didalam gedung, tetapi bisa dimana saja.Alam adalah laboraturium terlengkap, sebagai tempat belajar anak-anak.
- Orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Sekolah sebagai sarana untuk membantu orang tua memfasilitasi pendidikan anak-anaknya bukan sebagai penanggung jawab penuh untuk mendidik anak. Orang tua hendaknya ikut terlibat dalam pendidikan anak
- Setiap anak memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikannya. Sekolah seharusnya bersedia menerima apapun kondisi anak yang ingin belajar tanpa ada seleksi akademis,fisik,derajat sosial,dll ketika akan masuk ke sekolah.
Setelah berkunjung ke SABS,kami melanjutkan perjalanan ke kampung wayang untuk live in disana. Sesampainya di kampung wayang kecamatan manyaran, kami diterima dengan baik oleh penduduk disana.Kami dijamu dengan makan siang khas desa kempuhsari yaitu bothok jambu mete, jangan lombok, sayur pepaya dan beberapa makanan wonogiri. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk makan bothok jambu mete dan rasanya enak ada sensasi asem manis. Nampaknya pohon jambu mete masih sangat banyak disana,berbeda dengan didesa kami yang hampir tidak pernah dijumpai lagi. Selain makanannya yang khas, bentuk rumah disana juga khas dan tradisonal yaitu berbentuk limas dan pendek yang sebagian besar materialnya adalah dari kayu. Suasana pedesaan yang sunyi,tenang dan sejuk dengan banyak pohon.
Tiba saatnya pembagian home stay untuk live in selama semalam. Masing-masing keluarga mendapatkan kesempatan live in di home stay penduduk. Keluarga kami dan keluarga fahrizal_ika mendapatkan kesempatan untuk tinggal dalam satu home stay karena kedua anak kami yang seumuran dan suka bermain bersama. Ini adalah pertama kali kami tinggal satu rumah dengan orang yang belum kami kenal sebelumnya. Host familynya bernama pak suroso. Rumah tersebut dihuni oleh tiga anggota keluarga. Kami dijamu dengan sangat baik saat live in di home stay pak suroso. Disiapkan kamar, dibuatkan camilan khas wanogiri dan makan malam yang sederhana tetapi nikmat sekali. Anak-anak sempat bermain dengan salah satu teman barunya warga asli desa kepuhsari,namanya pita. Hebatnya anak-anak adalah begitu kenal langsung bermain bersama. Kami para orang tua nyangkruk bersama host family. Suasana kekeluargaan begitu hangat. Walaupun hanya satu malam kami disana, tetapi kami mendapatkan pengalaman luar biasa.
Rumah limas khas kampung wayang |
Sore hari kami keliling ke home industri pembuatan wayang kulit:
1.Tempat pengolahan kulit basah hewan ternak seperti kambing, sapi, kerbau menjadi kulit kering siap olah.Kulit kering tersebut siap ditatah menjadi kerangka dasar wayang kulit.Lama pembuatan satu wayang kulit adalah selama kurang lebih tiga hari sampai satu minggu tergantung tokoh wayang dan tingkat kerumitan wayang. Yang paling rumit adalah saat pembuatan gunungan. Karena proses pembuatannya dikerjakan manual dengan tangan sehingga berpengaruh pada harga wayang yaitu sekitar 1,5juta tergantung tokoh dan kerumitan wayang.
2.Setelah ditatah,tahap kedua adalah pemberian warna/pengecatan.Warna cat ini menyesuaikan tokoh wayangnya.
3.Tempat untuk pelatihan menatah wayang bagi warga sekitar termasuk anak-anak yang tertarik belajar membuat wayang. Keren.....
4.Tahap finishing, quality control sebelum siap dijual.
5.Berkunjung ke tempat penyimpanan dan latihan gamelan.
Ada hal menarik yang saya temukan disini saat membersamai ananda, beberapa kali ananda mencoba memainkah tokoh wayang setelah mengamati abinya bermain (Si observer), mulai dari menyentuh wayang, melihat secara bergantian tokoh wayang dan mencoba menjadi dalang dengan mengoperasikan tokoh wayang.
Setelah makan malam,kami menuju sanggar untuk mengikuti workshop beberapa tahapan pembuatan wayang seperti menatah (memahat kulit), menyungging (mewarnai), melukis kaca, gamelan dan mendalang. Saya dan keluarga hanya melihat saja,tidak ikut dalam workshop tersebut. Kami memutuskan untuk pulang ke home stay karena waktu sudah malam (pukul setengah 10) dan syaina sudah ngantuk,kami perlu istirahat cepat karena besok subuh kami harua berangkat ke puncak joglo.
Subuhpun datang, tiba waktunya kami berpamitan dengan keluarga pak suroso pemilik home stay. Kami mengucapkan terima kasih dan foto bersama sebagai kenang-kenangan. Kami diberi oleh-oleh oleh keluarga pak suroso. Maturnuwun karena sudah merepotkan, lah kok malah dikasih oleh-oleh juga.
Perpisahan dengan host family di kampung wayang manyaran |
3. Kunjungan ke puncak joglo dan Live in Desa Beji (23 September 2017)
Hari terakhir dari rangkaian perjalanan kami adalah ke puncak joglo dan live in didesa beji.
Berangkat jam 5 pagi setelah shalat subuh dari kampung wayang ke puncak joglo. Anak-anak balita masih tertidur dan kami orang dewasa belum mandi. Setelah berpamitan di home stay masing-masing kami berkumpul di sanggar budaya untuk berpamitan kepada para pengurus sanggar. Saat perjanana menuju puncak joglo matahari terbit sudah mulai terlihat, haduh gagal rencana kami melihat sunrise.
Kami berhenti dirumah salah satu warga, untuk pindah armada.Keluarga sopo ngiro sebagai tour guide merasa khawatir untuk membawa kami naik ke puncak joglo dengan mobil masing-masing. Sehingga kami pindah armada dengan supir yang berpengalaman dengan medannya dan armada yang biasa digunakan untuk membawa penumpang menuju puncak joglo. Kami dibagi dalam dua tahap,tahap pertama mobil mengangkut ibu-ibu dan anak-anak laki-laki/perempuan pra aqil baligh.Tahap kedua mobil mengangkut para bapak-bapak.
Perjalanan menantang baru saja dimulai. Tanjakan demi tanjakan memacu adrenalin kami. Ada tanjakan dengan ketinggian hampir 90 derajat. Tikungan sangat tajam membuat kami penumpang didalam mobil beristigfar dan sesakali berteriak. Perjalanan selma kurang lebih 30 menit, membawa kami sampai di puncak joglo. Subhanallah kami disuguhkan dengan lukisan indah karya Allah sang Maha Pencipta. Kabut dingin masih menyelimuti. Langit dan awan tampak begitu dekat,nyata dan indah. Ada tambak dan pepohonan yang memanjakan mata kami. Moment yang pas untuk menumbuhkan fitrah iman pada ananda. Bagaimana hebatnya Allah dengan penciptaannya. Tidaklah lupa untuk mengabadikan lukisan indah ciptaan Allah tersebut. Disana kami para ibu-ibu duduk bersama bercerita,berfoto dan bersenda gurau sambil menunggu bapak-bapak datang. Anak-anak balita tak luput dari pengamatan orang tuanya. Kumpulan anak-anak dan para jomblowati bermain tebak-tebakan. Saya, ika dan duo naura akhirnya ikutan nimbrung main tebak-tebakan. Dan para bapak-bapak yang ditunggu pun datang dengan membawa sarapan. Kami langsung berfoto dengan keluarga masing-masing. Mengabadikan moment tak terlupakan. Dilanjutkan sarapan bersama, nasi rames dan teh hangat.hemmm yummy..... Foto bersama keluarga travelschooler menjadi sesi penutup dipuncak joglo.Keep smile..... ππ.
Kami kembali ke rumah keluarga sopo ngiro untuk mandi dan istirahat sebelum lanjut live in dikampung beji. Syaina mengajak saya berkeliling klinik, melihat apa saja yang ada disana. Dan syaina menemukan mainan anak-anak.Asyikk.....Syaina bertanya keberadaan dede bayi ke salah satu karyawan spa baby disitu. Setelah ditunjukkan akhirnya syaina mengajak saya masuk untuk melihat bayi yang sedang di pijit dan renang. Syaina suka banget dengan anak bayi atau anak dengan usia lebih muda darinya. Keinginan untuk observasi kembali datang. Melihat dengan serius bagaimana proses saat bayi dipijat full dengan ekspresi bayinya dan saat bayinya renang. Syaina sempat recalling memory saat dulu ananda melakukan hal yang sama dengan apa yang ananda lihat saat ini. Syaina melihat proses pijat dan renang sampai hampir selesai, kemudian kami memutuskan untuk kembali ke kamar untuk mandi.
Tepat pukul 11.00 wib kami melanjutkan perjalanan untuk live in di desa beji dengan berkurangnya satu keluarga "Rumah soka" yang memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Awalnya beberapa keluarga tidak ingin live in di beji dan ingin pulang ke rumahnya,tetapi setelah kami ngobrol akhirnya kami berlima keluarga melanjutkan edutrip live in di desa beji. Asyekk masih rame-rame.
Sesampainya didesa beji kami bertemu dengan satu keluarga asli wonogiri yang sedang melakukan penelitian di desa tersebut, mereka yang menjembatani rangakaian kegiatan kami di desa beji. Kami berkumpul di rumah salah satu koordinator gapoktan yaitu ibu sis. Disana kami diterima dengan baik. Plt kepala desa beji dan peyuluh pertanian.
Yang menarik didesa beji adalah banyak tanaman organik yang dijumpai disetiap rumah dan jalan.Tanaman yang paling sering dijumpai disetiap rumah dan jalan adalah buah naga. Pohonnya mirip kaktus dengan ukuran jumbo menjulang tinggi ke atas dan merambat. Sayangnya buah naga sedang tidak berbuah,karena termasuk tanaman musiman. Buah naga berbuah ketika bulan desember. Menurut bu sis, didesa beji setiap rumah wajib menanam 4 jenis tanaman.
Kami diajak berkeliling daerah beji dan melihat cara pembuatan pestisida organik, prebiotik dan biogas. Struktur tanah didesa beji ini sebenernya bukan struktur tanah yang sesubur di daerah kami, tetapi sangat luar biasa dengan kerja keras penduduk di desa ini menjadi desa yang sangat ramah lingkungan dengan fokus pada pengembangan dibidang pertanian organik. Bahkan ada dua jenis hasil pertanian didesa ini yang telah memperoleh sertifikasi yaitu buah naga dan beras merah. Keren.....πππ
Pestisida dibuat dari campuran tumbukan daun sirsak, lengkuas,jahe,tembakau/daun mojopahit dan air. Kemudian dimasukkan ke tangki untuk disemprotkan ke tanaman.
Sedangkan prebiotiknya dibuat dari campuran debogan pohon pisang yang berwarna coklat, gula merah dan air cucian beras kemudian didiamkan selama semalam (kalau tidak salah) dan siap digunakan. Semuanya dari bahan alami.Pupuknya pun berasal sari kotoran hewan. Banyak rumah penduduk yang memelihara hewan ternak seperti sapi dan kambing. Kami juga diberi kesempatan untuk melihat proses pembuatan biogas dari kotoran sapi jenis limosin yang sangat besar.
Syaina ikut mengamati proses pembuatan pestisida,prebiotik dan biogas. Kali ini syaina mengambil peran sebagai pendokumentasi kegiatan, suka dengan foto-foto bak seorang fotrografer. π
π
Difotonya bahan-bahan pembuat pestisida, hewan ternak dan lainnya.
Kegiatan selanjutnya adalah praktek menanam di rumah bu sis. Asyeek anak-anak pasti suka. Kami diajarkan cara membuat media tanam.Media tanam disini dibuat dari tiga bahan yaitu arang sekam, pupuk kandang (dari kotoran hewan/bahan organik lainnya), dan tanah. Yuk langsung praktek...
Anak-anak belajar dengan mengamati, melihat bu sis praktek mencampur bahan-bahan menjadi media tanam. Setelah media tanam siap, anak-anak praktek menanam secara bergantian.Ketagihan,antusias dan semangat tinggi untuk mengulangi setelah sekali mencoba menanam. Asyek menanam.....Dari kegiatan ini ada beberapa aspek fitrah yang ditumbuhkan yaitu Menumbuhkan fitrah belajar dengan praktek langsung,menumbuhkan fitrah iman dengan rasa cinta untuk menjaga lingkungan dan makhluk ciptaan Allah,menumbuhkan fitrah estetika.
Waktu sudah sore, setelah menanam kami berdiskusi pembagian home stay. Duo naura live in di homestay yang sama. Nggak bisa dipisahπ.Kami tinggal di home stay milik pak cipto dan bu marini. Rumahnya besar dengan halaman rumah yang luas. Kami berkenalan dengan pemilik rumah yang ramah dan sopan.
Ba'da magrib saya dan ika menuju rumah bu sis untuk melihat cara pembuatan intil.Kami diterangkan bagaimana cara membuat intil dan bahan dasarnya adalah singkong. Sayang saat sesi ini saya tidak bisa menyimak dari awal sampai akhir karena syaina mengajak bermain. Berguru ke ika saja π
Setelah makan malam bersama, kami siap melihat pertunjukan gejug lesung. Penasaran kira-kira seperti apa ya??Kami kaget ketika para pemain gejug lesung datang satu persatu dengan pakaian seragam nan ayu diikuti para warga datang untuk nonton bareng. Ternyata gejug lesung ini menjadi salah satu bagian pertunjukan untuk menyambut tamu. Wahh suatu kehormatan besar bagi kami. Padahal ekspektasi kami tidak sampai kesitu, dalam pikiran kami hanya melihat proses latihan gejug lesung bukan pertunjukannya.
Kami diberikan kesempatan untuk sambutan didepan warga. Diwakili oleh pak norman dari keluarga sopo ngiro. Tiba saatnya pertunjukan gejug lesung. Gejug lesung adalah pertunjukan seni dengan cara menggejug (memukul) lesung (wadah untuk menumbuk) ukuran besar yang terbuat dari kayu dengan menggunakan tongkat kayu secara bersamaan dengan tempo tertentu,diiringi oleh nyanyian paduan suara. Dibutuhkan energi besar untuk memukul lesung, konsentrasi dan kekompakan diantara pemain gejug lesung ini. Ketika tidak konsentrasi akan membuat salah pukul dan tidak kompak sehingga kacau. Anak-anak tertidur ketika acara belum dimulai, sehingga mereka tidak bisa melihat langsung. Nanti cukup lihat hasil dokumentasinya.
Saat gejug leaung berlangsung kami lanjut nyangkruk sampai pukul 22.00 wib. Setelah itu kami kembali ke home stay masing-masing untuk istirahat. Keesokan harinya saat pagi, kami nyangkruk dengan bu marini sambil membantu memasak bersama. Kami dijamu dengan sarapan pagi khas desa beji. Ada bothok,telur dadar, tempe tahu,lalap dan jangan lombok dengan nasi putih campur intil. Wahh merepotkan sekali nggih sekaligus bahagiaπππ
Tiba waktunya berpamitan, saling bersalaman dan mengucapkan terima kasih kepada pemilik home stay. Kami juga diberi oleh-oleh pisang yang enak banget,benih sayuran bayam, pare, labu dan bibit buah naga. Di akhiri dengan foto bersama. Kenangan yang tak terlupakan.
Para keluarga berkumpul di rumah bu sis untuk berpamitan bersama. Kemudian kami saling berpamitan antar keluarga travelschooler. Sedih rasanya berpisah setelah kurang lebih 4 hari berkegiatan bersama. Kami baru kenal dan berjumpa sekali saat event cangkrukan tetapi kami sudah merasa dekat seperti keluarga karena kami punya visi dan misi yang sama dalam hal pendidikan anak. Sampai jumpa kembali di next edutrip keluarga homeschooler. Hati-hati di jalan.....πππ
#ODOPfor99days2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar