Sabtu, 07 Oktober 2017

CERDAS FINANSIAL

Tantangan game level 10 ini,bisa dibilang game saya banget.Karena saya suka dengan dunia keuangan. Tantangannya adalah melatih kecerdasan finansial pada anak usia 3 tahun perlu konsistensi dari ibunya. 
Beberapa cara yang saya lakukan adalah 

1. Mengenalkan konsep kebutuhan dan keinginan. Setiap anak meminta jajan, tidak semua permintaan ananda saya kabulkan. Ketika saya melihat bahwa itu bukan kebutuhan ananda, saya mencoba untuk berdiskusi dengan ananda.
2. Mengenalkan konsep rejeki. Bahwa semua nikmat termasuk uang adalah pemberian dari Allah,sehingga ucapan syukur tidak lupa saya ucapkan rutin dengan ananda terutama menjelang tidur malam. Menanamkan pada anak bahwa setiap menginginkan sesuatu/bermimpi maka minta kepada Allah yang Maha Kaya. 
3. Mengenalkan konsep berbagi kepada sesama dengan project keluarga yaitu one day one thousand. Artinya kita menabung rutin setiap hari seribu rupiah/anggota keluarga di celengan yang disediakan. Nah ini butuh konsistensi tinggi. Hasil tabungan tersebut setiap 6 bulan, kami gunakan untuk program berbagi kepada sesama. 

Hal menarik yang langsung saya diskusikan dengan suami saat masuk materi "CERDAS FINANSIAL" adalah kami langsung berdiskusi bersama untuk mengevaluasi post-post pengeluaran dari pendapatan yang kami peroleh. 

1. Hak allah 2,5%-10%
2. Hak orang lain Max 30%
3. hak investasi masa depan (menabung) 30%-37,5%
4. Hak pribadi/keluarga 30%

Kabar gembiranya adalah post-post pengeluaran yang kami lakukan selama ini sudah sesuai dengan persentasenya yang ada disetiap post.Urutan post pengeluaran diatas adalah urutan yang tidak boleh kami ubah, begitu urutannya berubah maka akan saling mempengaruhi satu sama lain. Beberapa kali saya kami mencoba mengubah prioritas urutan post pengeluaran diatas tetapi hasilnya akan berbeda. Sampai pada titik dimana kami sampai pada kesimpulan "URUTAN POST PENGELUARAN DIATAS ADALAH URUTAN BAKU DIKELUARGA KAMI"

1. Ketika hak allah didahulukan menjadi prioritas pertama dan utama,maka hak-hak berikutnya akan lebih mudah ditunaikan/lebih lancar. Kami meyakini bahwa rejeki berupa uang adalah pemberian Allah. Semakin tinggi persentase hak allah yang kita kembalikan maka semakin banyak pula yang akan kembali kepada kami.Biasanya kami lakukan diawal bulan.

2. Hak orang lain didalamnya adalah hutang, gaji karyawan, memberikan uang rutin kepada orang tua. Alasan kami memprioritaskan hak orang lain diurutan kedua adalah kami tidak mungkin mengambil apa yang menjadi hak orang lain.Semakin cepat menunaikan hak orang lain tersebut semakin baik respon orang-orang yang kita penuhi haknya (pemberi hutang), semakin perhatian kepada kami, bagi karyawan kami semakin semangat kerjanya, bagi orang tua kami semakin bahagia dan bangga dengan sikap kita karena mereka merasa menjadi bagian penting dan diperhatikan oleh kami. Ketika orang lain bahagia karena hak mereka kita tunaikan maka semakin kami merasakan kebahagiaan tersebut dan meningkatkan rasa nyaman pada diri kami. Biasanya kami lakukan diawal bulan. 

3. Hak investasi masa depan. Bentuk investasi yang kami lakukan setiap bulan adalah menabung diawal bulan dan investasi tahunan berupa menambah aset aktiva tetap misalnya tanah, bangunan, atau meningkatkan usaha. Menabung menjadi penting bagi kami karena kami tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari dan kami bergerak disektor bisnis yang mengalami pasang surut, sehingga ketika suatu saat dalam komdisi surut setidaknya kami memiliki investasi yang bisa kami gunakan. Kami sengaja tidak membuat ATM dengan tujuan memberikan kesulitan bagi kami untuk tidak mudah mengeluarkan uang dalam tabungan untuk tujuan yang tidak tepat. 

4. Hak pribadi atau keluarga. Hak ini menempati urutan terakhir.Kami berikan jatah khusus yang nilainya tetap beupa uang tunai setiap bulan agar pengeluaran kami tidak habis dan membengkak di post ini. Kami bedakan mana kebutuhan dan keinginan. 



Terus belajar walau tertatih untuk terus monitoring dan evaluasi pengelolaan keuangan kami. Bagaimana bisa kami membimbing anak untuk cerdas finansial jika kami sebagai ortu belum mampu dengan bijak mengelola keuangan kami. 


Beberapa slide yang kami buat dan sebagai pedoman kami dalam mengelola keuangan keluarga:







MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI*

🍀Apa itu Cerdas Finansial?

Menurut para ahli cerdas finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan dan mengelola keuangan.

Apabila disesuaikan dengan konsep di Ibu Profesional bahwa uang adalah bagian kecil dari rejeki, sehingga dengan belajar mengelola uang artinya kita belajar  bertanggungjawab terhadap bagian rejeki yang kita dapatkan di dalam kehidupan ini.

🍀Apa pentingnya cerdas finansial ini bagi anak-anak?

Di dalam Ibu Profesional kita memahami satu prinsip dasar dalam hal rejeki yaitu,

Rejeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari

Ketika anak sudah paham konsep dirinya, maka kita perlu menstimulus kecerdasan finansialnya agar :

Kemuliaan Anak Meningkat

dengan cara :

a. Anak paham konsep harta, bagaimana memperolehnya dan memanfaatkannya sesuai dengan kewajiban agama atas harta tersebut.

b. Anak bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan sendiri.

c. Anak terbiasa merencanakan (membuat budget) berdasarkan skala prioritas.

d. Anak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.

e. Anak memiliki rasa percaya diri dengan pilihan "gaya hidup" sesuai dengan fitrahnya, tidak terpengaruh dengan gaya hidup orang lain.

f. Anak paham dan punya pilihan hidup untuk menjadi employee, self employee, bussiness owner atau investor.

🍀Bagaimana Cara Menstimulus Cerdas Finansial pada Anak?"

1.Anak-anak perlu dipahamkan terlebih dahulu bahwa rejeki itu datang dari Sang Maha Pemberi Rejeki,  sangat luas dan banyak, uang/gaji orangtua itu hanya sebagian kecil dari rejeki.

Sehingga jangan batasi mimpi anak, dengan kadar rejeki orangtuanya saat ini.

Karena sejatinya Anak-anak adalah milik Dia Yang Maha Kaya, bukan milik kita

Sehingga kalau akan minta sesuatu yang diperlukan anak, mimpi sesuatu,  mintalah ke Dia Yang Maha Kaya, bukan ke manusia, meski itu orangtuanya.

2. Ajak anak berdialog tentang arti KEBUTUHAN dan KEINGINAN

Kebutuhan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda

Keinginan adalah sesuatu yang bisa ditunda.

Bantu anak-anak membuat skala prioritas kebutuhan hidupnya berdasarkan dua hal tersebut di atas.

3. Setelah paham dengan prioritas kebutuhan hidupnya, maka latih anak untuk membuat "mini budget", sebagai bentuk latihan merencanakan berdasarkan skala prioriitas

Mini budget ini bisa dibuat 3 harian, 1 minggu atau 1 bulan bergantung pada kemampuan dan usia anak.

Dengan adanya mini budget ini anak akan berkomitmen untuk mematuhi apa yang sudah disepakati, kemudian bertanggung jawab menerima konsekuensi apapun atas kesepakatan yang sudah dibuatnya

4. Anak dilatih mengelola pendapatan berdasarkan ketentuan yang diyakini oleh keluarga kita.

Contoh : Apabila mini budget sudah disetujui oleh orangtua, dana sudah keluar,  anak-anak akan belajar memakai ketentuan yang sudah disepakati keluarga misal kita ambil contoh sbb:

Hak Allah : 2,5 - 10% pendapatan
Hak orang lain : max 30% pendapatan
Hak masa depan : min 20% pendapatan
Hak diri sendiri : 40-60% pendapatan

5. Lakukan apresiasi setiap anak menceritakan bagaimana dia menjalankan mini budget sesuai kesepakatan.

Latih lagi anak-anak untuk membuat mini budget berikutnya dengan lebih baik.

Prinsipnya adalah : Latih - percayai-jalani-supervisi-latih lagi.


Ingat sekali lagi prinsip di Ibu Profesional

for things to CHANGE, I MUST CHANGE FIRST

Apabila kita menginginkan perubahan maka mulailah dari diri kita terlebih dahulu.

Maka sejatinya materi ini adalah proses kita sebagai orangtua agar cerdas finansial dengan cara _learning by teaching_ belajar mengajar bersama anak-anak. Jadi yang utama harus belajar tentang cerdas finansial ini adalah kita, orangtuanya, kemudian pandu kecerdasan finansial anak-anak kita sesuai tahapan umurnya.

Salam Ibu Profesional,


/Tim Fasilitator Bunda Sayang/


📚Sumber bacaan

Ahmad Gozali, Cashflow for muslim, 2016

Septi Peni Wulandani, Mendidik Anak Cerdas Finansial, bunda sayang, 2015

Eko P Pratomo, Cerdas Finansial, artikel Kontan, 2015

2 komentar: