Sabtu, 05 Agustus 2017

Nikmat sakit dan hikmahnya

Sejak dua hari lalu syaina sakit.Saya pikir ini adalah sakit batuk pilek biasa,nanti akan segera pulih asalkan sistem imun ditingkatkan.Malam senin syaina panas (sekitar 38 derajat),sudah sulit dibujuk minum obat.Terpaksa kami harus sedikit memaksa dan akhirnya ananda minum sesendok obat penurun panas.Syaina selalu minta dipeluk dan digendong uminya.Sampai pada senin dini hari, suhu badan syaina mencapai 40,1 derajat. Kami panik karena syaina tetap tidak mau minum obat dan badannya sudah menggigil.Kami memutuskan untuk membawa syaina ke rumah sakit. Sesampai disana syaina diperiksa oleh dokter jaga di igd. Dokter menyarankan agar syaina di opname karena demam tinggi dan khawatir kejang sehingga perlu observasi lebih lanjut. Trauma suntikan dan infus pasca masuk rumah sakit dua bulan yamg lalu masih membekas dalam ingatan syaina. Kini ananda harus melewati masa dimana ia harus diinfus dan dirawat di rumah sakit. Tiba waktunya untuk memasang infus.Syaina menunjukkan rasa takutnya.Saya peluk terus dan bisikkan kalimat istighfar pada telinganya untuk memberikan rasa aman,tenang,mengungat dan berserah diri kepada-NYA agar Allah senantiasa memudahkan prosesnya. Tangisan dan pelukan yang semakin erat seakan tidak ingin jauh dari saya. Alhamdullah proses pemasangan infus berjalan lancar, hanya satu kali tusukan saja selang infus terpasang. Kami menunggu proses selanjutnya untuk pindahbke ruang rawat inap sambil Menggendong untuk menenangkan syaina.Perasaan kami pun campur aduk.Berharap agar syaina cepat sembuh dan tidak terjadi apa-apa padanya. Teringat event cangkrukan yang tinggal 3 minggu lagi. Berpikir ulang apakah kami masih memiliki harapan untuk ikut event tersebut. Doa senantiasa kami panjatkan agar syaina kembali sehat dan kami berharap agar diberi kesempatan untuk ikut dalam event tersebut. Aamiin ya rabbal 'alamin.


Kami menempati bangsal dewasa disebelah bangsal anak karena bangsal anak penuh. Sesampainya di ruang rawat pukul 02.00, syaina tidak mau turun dalam gendongan saya. Syaina ingin terus dipeluk dam digendong. Sejak awal syaina menolak untuk berbaring di kasur pasien. Entahlah apa alasannya. Suhu badan syaina terus dicek, alhamdulillah semakin turun. Sampai adzan subuh, syaina tetap tidak mau turun dari gendongan dan berbaring dikasur. Badan saya sudah mulai protes karena pegal dibagian bahu, pinggang dan kaki. Saya mencoba untuk berbaring dan meletakkan syaina perlahan dikasur. Akhirnya kami terlelap tidur dan bangun pukul 06.00 pagi.


Senin pagi Suhu badan syaina terus membaik. Suster datang untuk mengantarkan obat dan mengambil sample darah untuk dicek di laboratorium. Tantanganpun dimulai, syaina menunjukkan rasa takut dan trauma setiap kali melihat suster datang ke kamar. Hal ini yang mungkin membuat syaina ingin terus digendong saya dan tidak mau turun dari gendongan saya sampai adzan dhuhur. Kala itu saya ditemani oleh eyang uti dan abi. Mereka terus menawarkan menggendong kepada syaina. Tetapi syaina tetap tidak mau dan hanya ingin digendong oleh uminya. Emosi syaina mulai fluktuasi. Syaina menjadi sering menangis, berteriak dan tantrum bahkan tanpa sebab yang jelas. Senin siang saat syaina tiba-tiba terbangun dari tidurnya,syaina berteriak dan menangis histeris meminta turun dan lari dalam kondisi tanggannya yang masih diinfus. Kamipun bingung ketika syaina berkata "umi ngaji,umi ngaji" dan memanggil nama abinya yang saat itu sedang pulang ke rumah untuk mengambil pakaian dan keperluan kami.Yang ada dalam pikiran saya dan uti adalah syaina mengigau (tidak berpikir bahwa ada yang aneh pada ananda).




Selepas dhuhur eyang aung,tetangga dan embah lumbir datang menjenguk.Syaina masih tertidur dalam gendongan saya sampai mereka pulang menjenguk syaina (masuk waktu shalat ashar). Rasa cape, pegal, kurang tidur dan emosional saya yangvtidak stabil membuat komunikasi saya dan syaina tidak produktif. Sering terdengar nada tinggi, luapan kekecewaan, amarah, paksaan,  menasehati, menurunnya empati pada ananda, turunnya kesabaran,dll. Ya allah dengan sadar saya telah melukai perasaan dan mungkin menciderai fitrah ananda. Ketika semua rasa itu datang, seoalah emosi amarah ini tidak bisa dibendung. Hal ini tidak membuat keadaan menjadi lebih baik bahkan semakin buruk. 


Ba'da ashar saat abinya telah kembali ke rumah sakit, sekitar setengah jam akhirnya Syaina mau berpindah gendongan dengan uti dan abinya. Saatnya saya mandi dan istirahat sejenak sebelum syaina meminta digendong saya kembali. Syaina kembali meminta saya untuk menggendongnya (kurang lebih pukul 16.00) dalam kondisi menangis dan berteriak-teriak (tantrum) sampai ba'da magrib. Kami sepertinya sudah kehabisan akal untuk menenangkan syaina, berbagai cara sudah dilakukan agar syaina lebih tenang tetapi masih gagal. Syaina tetap belum kondusif dan tidak mau tidur dikasur pasien,sangat sulit untuk dibujuk sehingga kami sering memaksa syaina (sedih rasanya ketika saya sering memaksa syaina). Akhirnya saya mencoba untuk menenangkan diri, pasrah dan mengingat Allah.


Ya Allah sesungguhnya hanya engkaulah yang Maha membolak balikan hati.
Ya Allah berbicaralah dengannya agar ananda lebih tenang dan kondusif.
Ya Allah sesungguhnya hanya engkaulah yang mampu menengangkan hatinya.
Bantu hamba ya Rabb....


Tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya untuk mengambil buku cerita dan menceritakannya pada syaina sambil saya dengarkan murotal al-qur'an. Hal ini yang biasanya kami lakukam sebelum tidur malam. Subhanallah hanya beberapa menit, syaina langsung tertidur pulas dan lepas dari gendongan saya. Saat itu saya merasakan bahwa Allah begitu dekat dan hadir ditengah-tengah kami. Saya merasakan bahwa allah telah berbicara empat mata dengan syaina.


Alhamdulillah saya, abi dan uti pun akhirnya bisa makan malam dan istirahat. Waktu menunjukkan pukul 21.30, saat itu rombongan suster datang ke kamar menyalakan lampu dan memberitahu jika dokter akan visite.Kebetulan saat itu semua dokter anak sedang diluat kota melakukan study lanjut sehingga visite baru bisa dilakukan malam hari. Syainapun mulai menunjukkan bahasa tubuh untuk bangun dari tidurnya. Saya dan uti sudah harap-harap cemas syaina akan bangun dan sulit lagi untuk tidur, padahal kami baru 2 jam merasakan istirahat. Tepat ketika syaina terbangun dan dokter masuk ke dalam ruangan.  Syainapun menangis dan kembali digendonh, merasakan takut ketika dokter datang memeriksa. Alhamdulillah dokter menyatakan bahwa syaina sehat berdasarkan hasil pemeriksaan darah dilaboratorium. Hasil lab menunjukkan tidak ada infeksi bakteri/virus serius, gejala tipoid/DBD. Dokter Sp.A mengatakan bahwa sakitnya mungkin karena batuk pilek dan infeksi virus yang disebabkan menurunnya daya tahan tubuh akibat cuaca ekstrim akhir-akhir ini.Dokter mengatakan bahwa jika besok suhu badan sudah stabil, syaina boleh pulang dan rawat jalan. Hati dan pikiran rasanya lega.


Nampaknya kelegaan hati kami diuji kembali dengan tangis histeris dan tantrum syaina. Setiap setengah sampai satu jam syaina terbangun dari tidurnya dan menangis bahkan tantrum tanpa sebab. Ya allah kesabaran kami kembali diuji. Rasa katuk dan capek saya akibat kurang tidur sejak senin dini hari hingga tengah malam berlanjut subuh (selasa pagi), membuat saya dan keluarga semakin tidak kondusif dan komunikasipun semakin tidak produktif. Abi dan uti tak jarang meminta syaina untuk bergantian menggendong tetapi tetap saja berakhir dengan penolakan darinya. Kaki ini seolah sudah tidak sanggup untuk berdiri dan menopang, bahu ini rasanya panas dan perih untuk memikul, pinggang ini rasanya tidak sanggup lagi untuk menahan beban. Uti dan abi semakin kasihan melihat saya yang belum tidur dan capek karena menggendong syaina terus menerus sampai adzan subuh. Merekapun ikut bergadang menemani saya. Akhirnya kami bertiga tidak tidur sampai adzan subuh. Baru ketika adzqn subuh syaina kondusif dan tertidur pulas dalam pelukak saya dikasur. Syukur tiada tara karena kami bisa tidur walaupun hanya dua jam saja. Rasanya badan ini kembali bugar.


Selasa pagi suster datang dan memberitahukan kepada kami bahwa hari ini syaina boleh pulang. Alhamdulillah, rasa senang, syukur dan bahagia tiada tara. Kami diperbolehkan pulang sore hari setelah pemberian antibiotik dipagi dan malam hari. Hari itu syaina sudah terlihat lebih sehat. Tetapi entah kenapa, setiap didalam kamar, emosi syaina sering tidak stabil. Akhirnya kami bertiga bergantian mengajak syaina bermain di ruang bermain, jalan-jalan di luar kamar seperti taman atau lorong-lorong rumah sakit. Syaina lebih kondusif ketika berada diluar kamar inap. Bermain plosotan dan ayunan, berhitung dan mencocokan gambar, naik turun lift, melihat anjing,berinteraksi dengan teman sebaya,dll. Sampai akhirnya tiba waktunya berkemas-kemas dan siap untuk pulang ke rumah. Asyikkk







Beberapa hari pasca sakit dan di rawat, emosional syaina belum stabil. Di rumah syaina menjadi sering berteriak, menangis dan tantrum.Kondisi ini membuat kami sering menciderai fitrah ananda. Sedih rasanya ketika saya tidak bisa mengendalikan lisan dan sikap sehingga membuat syaina menangis,tantrum dan terciderai fitrahnya. Kondisi ini pula yang membuat emosi saya menjadi tidak stabil sehingga sering terpancing marah,banyak menuntut dan memaksa pada syaina.  Padahal hal ini sangatlah tidak baik bagi psikologis syaina. Saya memberi nama "KRISIS EMOSI" pada kondisi ini. Sering sekali saya meminta maaf dan menyesal baik sesudahnya atau saat syaina tertidur. Kuncinya adalah memperbanyak istigfar, menikmati proses, fokus pada solusi bukan masalah, bersabar, mendekatkan diri pada Allah.


Maafkan hamba ya allah, pada setiap kesalahan dan kekeliruan saya dalam mendidik ananda
Hanya engkaulah yang Maha mendidik, bimbinglah kami ke jalan-Mu ya rabb.
Intervensilah kami ya Allah setiap kami hendak melakukan kekeliruan dalam mendidik ananda.
Ampunilah kekeliruan kami dalam mendidik ananda, jauhkanlah ananda dari luka persepsi akibat kesalahan kami dalam mendidik ananda.
Jauhkanlah kami dari hal-hal yang menciderai fitrahnya.
Ya Allah bimbinglah setiap ucapan dan perbuatan kami agar bisa menjadi teladan bagi ananda.
Hamba berlindung kepada engkau dari sedih dan gelisah
Hamba berlindung kepada engkau dari kemalasan dan ketidakbecusan.
Hamba berlindung kepada engkau dari sifat pelit dan pengecut
Hamba berlindung kepada engkau dari dililit hutang dan disakiti orang lain
Aamiin ya rabbal 'alamin.


Tiga hari pasca pulang dari RS,saya diberikan kejutan oleh syaina.Saya tidak menyangka Bahwa disaat sakit, ananda juga merekam setiap kejadian yang ada disekitarnya termasuk saat syaina diinfus oleh suster. Dibalik rasa takutnya, terdapat rasa ingin tahunya tentang proses pemasangan infus. Suatu malam,  tiba-tiba syaina mengambil masker dan sarung tangan kemudian lengkap dipakainya. Ananda meminta saya tidur berbaring dan mengambilkan bantal sebagai alas kepala. Kata ananda saya mau diimsus (maksudnya adalah di infus, hahaha.... Tapi nggak bisa ngomongnya). Ananda berimajinasi sebagai suster yang sedang memasang infus pada pasiennya. Benar adanya bahwa setiap anak adalah pembelajar sejati.


As a nurse





Tidak ada komentar:

Posting Komentar