Waktu perjalanan berangkat dari rumah ke wonogiri, syaina memakai kerudung tanpa dilepas. Wow keren banget, sebelumnya tak bertahan selama itu 👍😘.Ghairahnya untuk menutup aurat dengan mengenakan kerudung sedang memuncak. Memang kami orang tuanya tidak pernah memaksanya untuk berkerudung sejak dini. Hanya saja saya uminya sebagai role model berusaha memberikan contoh dan sounding dengan ramah.
Dan ternyata kata abi, saat syaina jalan-jalan selama uminya belajar sfhf, syaina tetap memakai jilbab saat bepergian diwarnai dengan sesekali melepasnya. Wow keren....
Senin pagi, 21 Januari 2019 kami bersiap untuk kembali ke rumah setelah perjalanan belajar sfhf di salatiga 3 hari yang lalu. Saat itu saya dan syaina sudah menyiapkan baju ganti. Kami mandi bergantian. Syaina mandi lebih dulu dan saya setelahnya. Ghairah syaina yang sedang memuncak memakai jilbab membuat dirinya ingin mencoba memakai kerudung segitiga milik uminya yang sebenarnya sudah kotor. Syaina memang sudah bisa memakai jilbab segitiga tanpa berkaca, saya hamya diminta membantunya memasangkan peniti. Ciput uminya satu-satunya yang sudah disiapkanpun dipakai olehnya.Waktu itu saya hendak memakai phasmina yang memerlukan ciput.
Lha ciput umi dipakai?
Nanti umi pakai yang mana? (dengan nada agak kecewa,agak menekan dan muka datar).
Ada perasaan kecewa dalam diri. Tapi saya berusaha untuk diam dan tak memaksanya untuk melepas ciput.
Syaina meminta izin:
Syaina pinjem ciputnya umi, boleh?
Syaina mencoba menawarkan solusi.
Mi nanti umi pakai kerudungnya di slempangin dulu ke sini (maksudnya pundak seperti gaya ibu pejabat), buat sementara pas ambil ciput lagi di mobil.
Nah nanti syaina temenin, syaina bantu pegangin di mobil. Nah kan ada ciputnya,nanti umi pakai di mobil. Syaina dibelakang, umi di depan pakainya.
Saya tetap diam agak kecewa dan masih muncul ego untuk tetap meminta ciput yang dipakai syaina. Dan masih beruntung saat itu saya tak mengeluarkan kata-kata tidak produktif untuknya.Sampai abinya selesai mandi, syaina bahkan meminta tolong pada abinya yang hendak ke mobil ambil celana.
Bi umi nggak ada ciputnya (ananda bermaksud minta tolong abi mengambilkan ciput untuk umi).
Beberapa saat kemudian abi datang membawa ciput milik syaina.
Saya coba pakai dan ternyata tidak nyaman karena kekecilan. Dan ego saya muncul lagi dengan nada dan ekspresi yang menunjukan kekecewaan berharap syaina mau tukeran ciput.
Entahnya seketika saya tergerak ke mobil mengambil ciput saya yang lain di koper. Dan kembali ke kamar.
Umi ada ciput lagi? Tuh kan ada. Ekspresinya seneng melihat uminya bersedia ambil dan pakai ciput lain.
Suasana kembali cair. Syaina kembali meminta izin:
Mi syaina boleh pakai jilbab segitiga ini keluar dibawa jalan-jalan.
Spontan saya jawab:Boleh....Dalam hati masih mengganjal,lha masa pergi pakai kerudung begitu mana pakainya dendek. Sifat perfect masih bergejolak. Tapi umi yang lagi belajar menurunkan ego dan sabar demi fitrah individu ananda tumbuh hebat.
Kami melanjutkan rencana perjalanan.Dan syaina berhasil bertahan memakai jilbab selama perjalanan pulang jogja-purwokerto.Alhamdulillah yeyeyeyey😘.
Setelah saya renungkan dan flashback. Ada hikmah:
- Saya bersyukur saat ghairahnya memakai kerudung tak diterciderai oleh ego diri saya yang badmood saat ciputnya dipakai ananda. Bayangkan saja,jika saat itu saya tetap mempertahankan ego diri sampai ananda mengalah memberikan ciputnya. Apa yang terjadi? Mungkin ghairahnya memakai jilbab akan turun, imaji negatif tentang kerudung mungkin akan muncul dan fitrah individunya terciderai. Ya allah hamba bersyukur engkau menenangkan egoku dan mengintervensiku.
- Syaina sudah sangat keren menawarkan problem solving ketika ciput saya dipakai ananda. Keren cara berpikirnya....Ini mengindikasikan art of discoverynya tumbuh. Memang masih menjadi PR besar saya untuk bersabar dan menurunkan ego demi anak agar tak reaktif lagi dalam merespon sesuatu.
- Benar kata pak dodik gurunda saya, bahwa kita harus bisa melihat sisi positif anak terlebih dahulu dan mengapresiasinya. Tak buru-buru memberi feedback apalagi feedback negatif yang destruktif.
- Bahwa kami orang tuanya perlu bersabar seluas-luasnya untuk tidak menggegas anak. Kami hanya perlu menemani prosesnya dan terus bersabar. Bahwa buah tak selalu nampak sesuai yang kami harapkan waktu itu. Kami tak tahu kapan buah itu akan tumbuh merekah. Kami hanya perlu bersabar disetiap prosesnya.
- Bahwa kami orang tuanya perlu bersabar seluas-luasnya untuk tidak menggegas anak. Kami hanya perlu menemani prosesnya dan terus bersabar. Bahwa buah tak selalu nampak sesuai yang kami harapkan waktu itu. Kami tak tahu kapan buah itu akan tumbuh merekah. Kami hanya perlu bersabar disetiap prosesnya.
#PortofolioSyaina
#4y6m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar