Kamis, 14 Mei 2020

self assassment mentorship bunda cekatan

Perkenalkan namaku linda kurniawati. Ibu dua orang putri 5y10m dan 2m14d. Aku adalah ibu bekerja di ranah publik dan domestik. Bidang pekerjaanku di ranah publik adalah farmasi sebagai apoteker penanggung jawab dan owner apotek. Menjadi tantangan tersendiri bagiku agar bisa harmony di ranah publik dan domestik. Apalagi tempat kerjaku di apotek menjadi satu bangunan dengan rumah tempatku bekerja diranah domestik. Sering aku merasakan kesulitan untuk membagi waktu dikedua ranah tersebut. Tak jarang menguras emosi. Apalagi aku masih dalam proses transisi keadaan baru, dimana aku memiliki baby baru, mau tidak mau tantangan menagement waktu dan emosi meningkat. Kedua tantangan tersebut masuk ke dalam mind maping belajarku di bunda cekatan agar tidak mengganggu kewarasan dan kebahagiaan. Hahahaha.... 

Proses belajarku untuk menghadapi kedua tantangan itupun tidak mudah. Beberapa cara sudah aku coba. Diantaranya:
1. Berbagi peran dengan suami dan karyawan/asisten rumah tangga untuk menjalankan serangkaian to do list/tugas. Cara ini bekerja baik di diri saya dan keluarga. Sangat terbantu dengan adanya pembagian peran. 

2. Membuat to do list harian beserta pelakasananya supaya tidak mati gaya dan menggunakan waktu untuk hal yang bermanfaat. Biasanya aku dan suami membuat to do list harian di malam hari untuk dieksekusi keesokan harinya dan melakukan apresiasi+diskusi terkait tantanagan/hambatan dan solusinya jika ada to do list yang belum diselesaikan. 

3. Membuat Family Strategic Planing (FSP)  dan Bussiness Startegic Planing (BSP)  tahunan sebagai mind maping terhadap tujuan yang ingin dicapai selama setahun kedepan. Biasanya kami rutin membuat setiap tanggal 1 muharam. Metodenya harus pergi dari rumah mencari tempat yang kondusif terhindar dari rutinitas pekerjaan dirumah/publik untuk sama-sama membuat fsp tahunan, biasanya kita ke luar kota membuat agenda khusus fsp+family time dengan traveling. 
Cara ini bekerja dengan baik di keluarga dan bisnis kami. 

4. Membuat kandang waktu aktivitas. Banyak gagalnya karena sering melanggar batas waktu yabg ditetapkan. Perlu kerja keras untuk melatih diri agar bisa patuh terhadap kandang waktu tiap aktivitas yang ditentukan. Aku tipe orang maximizer jadi rasanya ganjal jika tidak segera menuntaskan pekerjaan saat itu juga. 

5. Management gedget. Sering gagal juga karena sering tergoda untuk melihat hal yang seharusnya tidak tepat dilihat saat itu,misal saat jam kerja di ranah publik sedang komunikasi terkait pekerjaan di ranah publik dengan wa tiba-tiba pengen ngintip wag/balas wa diluar ranah publik. Hal ini pemicu molornya kandang waktu aktivitas lainnya. 
Konsistensiku maju mundur, untuk melatihnya biasanya aku akan membuat tantangan 30 hari agar bisa jadi habit.

6. Membuat skala prioritas. Saya dan suami sepakat untuk lebih fokus dan mengutamakan pendidikan keluarga. Tapi tuntutan untuk tetap mengelola bisnis keluarga juga tak bisa di anak tirikan. Nah bagaimana cara kami harus menjalankan kedua ranah yang berbeda ini agar tetap harmony. Saya dan suami biasanya membuat dua kelompok to do list harian yaitu to do list keluarga dan to do list bisnis, berbagi peran dan menentukan dateline. 

Self assassment tentang hubungan reflektif: 
1. Manajemen Emosi.
Aku merasa sangat sulit mengendalikan emosi terutama marah karena keadaanku sekarang bekerja di publik dan domestik dalam satu bangunan, proses adaptasi hadirnya anggota keluarga baru, sederet tantangan lainnya.  Saya juga masih dalam proses perbaikan sistem di apotek yang cukup menguras pikiran, energi dan waktu karena banyak PR untuk mencapai sistem yang lebih baik agar kedepan kami bisa free dari operasionalnya. Proses ini tidak mudah tetapi penting dan lebih cepat lebih baik agar kualitas waktu bersama keluarga meningkat. 
Emosi masih sering loss control apalagi kalau to do list lagi banyak, tambah pusing jika ada beberapa aktivitas penting dan mendesak di dateline yang sama. Yang paling sering terdampak saat emosi loss control adalah anak-anak. Indikator saat lagi emosi loss control adalah produktivitas saya menurun.  Kalau lagi merasa loss control baisanya aku butuh jeda waktu agar mood bisa normal kembali. Kita buat kesepakatan keluarga terkait hal ini. 

Kalau aku boleh beri skala penilaian terhadap proses belajar dan hasilnya adalah berada di skala lima. 

Goalnya: pengen lebih bisa memanagement emosi terutama marah supaya tidak bad mood yang berdampak kemana-mana misal ke anak, ke pekerjaan di ranah publik dan domestik. 
Cara-caranya yang aplikatif dan efektif selain cara diatas yang sudah aku coba selama ini. 


2. Teknik Komunikasi Keluarga. 
Metode yang kami gunakan selama ini adalah metode tertulis misalnya tadi membuat to do list harian, membuat FSP dan BSP. Kami juga terus berlatih cara komunikasi yang mengikuti kaidah 7 : 38 : 55 (kata-kata : intonasi : bahasa tubuh). Sering gagal di cara komunikasi kaidah 7: 38: 55. Jika dihitung persentase kami lebih banyak menggunakan kata-kata,tinggi intonasi dan bahasa tubuh yang kearah negatif (sambil cemberut, marah,dll). Kurang tepat waktu jika ingin clear and clarify. Karena tipe saya pengen diluapkan saat itu juga biar plong hahahaha.... 

Kalau saya boleh beri skala terhadap proses belajar dan hasilnya yaitu skala 7. 

Goalnya: pengen banget bisa berkomunikasi lebih baik dengan keluarga. Cara-caranya yang aplikatif dan efektif selain cara diatas yang sudah aku coba selama ini. 

3. Kualitas Vs Kuantitas Waktu Keluarga
Bicara kualitas vs kuantitas waktu keluarga bagi saya dan suami adalah sama pentingnya. Kalau untuk point ini insya allah kami tidak memiliki problem besar di point kuantitas waktu karena kuantitas kami ketemu dan komunikasi antar keluarga sangat sering (hampir 24 jam ketemu terus). Nah karena kuantitas waktu yang tinggu ini juga menimbulkan tantangan lagi bagi kami, saking seringnya ketemu tidak ada jaminan kualitasnya semakin baik. Kadang karena ranah publik dan domestik dalam satu bangunan akhirnya tercampur, yang seharusnya waktunya family time ada aja gangguan dari ranah publik. Begitu sebaliknya saat waktunya di ranah publik, anak minta ditemenin main walaupun sebelumnya sudah ada kesepakatan dengan anak terkait jam kerja kami di ranah publik. Cara kami untuk mensiasati tantangan ini adalah pembagian tugas dan kandang waktu. Saat salah satu diantara saya/suami ada di ranah publik, maka salah satu diantata saya/suami ada di ranah domestik terutama membersamai anak, sehingga harapannya semua harmony. Tapi sering tak sesuai harapan, ada kalanya saat kami berdua bersamaan waktunya harus di ranah publik. Cara lain mencari kualitas waktu bersama keluarga adalah sering main bareng, ngobrol bareng dan beraktivitas bareng. Kami tetapkan family time,paling sering jam 18.00- 21.00 full fokus ke family time, dengan beberapa kesepakatan misal free gedget.  Sedih saat tak cukup waktu untuk merencanakan berkegiatan dengan anak dan hadir untuh membersamai anak 

Kalau aku boleh beri skala penilaian terhadap proses belajar dan hasilnya adalah berada di skala 7.

Goalnya: pengen banget meningkatkan kualitas waktu bersama keluarga, full fokus hadir membersamai anak-anak. Tantangan terbesar adalah harus segera menyelesaikan PR perbaikan sistem di apotek. 

Hari ini tanggal 15 mei 2020, aku dan mentorku mbak dewi janjian video call. Awalnya jam 9 tapi akhirnya molor jam 13.30 hahahaha.... Perdana VC padahal belum pernah kenal sebelumnya. Tapi over all happy karena mba dewi sang mentor asyik dan enak di ajak curhat. Hahahaha....

Awal awal kenalan dulu,lama lama ngonrol tentang tugas pekan ini yaitu self assesment dan goal yang mau dicapai. Kata mba mentor, over all usahaku sudah ok. Punya problem sama karena sama sama bekerja di publik dan domestik. Mba dewi memberi tips praktis atas problemku selama ini.

#kelaskupukupu
#pekankedua
#bundacekatan
#ibuprofesional

Jumat, 08 Mei 2020

Pekan pertama tahap kupu-kupu

Alhamdulillah masuk di tahap kupu-kupu setelah berjuang menjadi kepompong. Masuk ke pekan pertama yaitu mentorship. Kita ditantang menjadi mendor di bidang yang kita suka dan bisa. Selain itu kita juga menjadi mentee yaitu orang yang ingin belajar ilmu-ilmu yang menjadi kebutuhan belajar kita saat ini sesuai panduan mind maping dengan cara mencari mentor. Sehingga kita akan merasakan dan memiliki pengalaman menjadi menjadi mentor dan mentee. Saya memutuskan menjadi mentor bidang management keuangan sesuai pengalaman salama selama ini di ranah publik dan domestik. Saya membutuhkan mentor di bidang managemen emosi. Dua bulan pasca melahirkan anak kedua, emosi saya sering naik. Saya ingin sekali mencari mentor yang bisa memandu saya untuk keluar dari zona tidak nyaman tersebut. 

Perjalanan mencari mentor dan menjadi mentee tentu tidak mulus tanpa hambatan. Mulai dari melamar menjadi mentor dengan cara japri langsung via massanger,tetapi mereka sudah memiliki mentor. Mencari mentor sesuai kebutuhan belajar saya pun tak mudah, ditolak beberapa kali karena kebanyakan para mentor sudah memiliki lebih dari satu mentee. Sampai sekarang masih berproses mencari mentor dan menjadi mentor.

#Pekanpertama
#Tahapkupukupu 
#bundacekatan